Kamis, 04 Oktober 2012

HAI, ORANG-ORANG ISLAM, BUKALAH TOPENGMU


  •          Saat ini banyak orang Islam yang bermimpi di siang bolong, ingin kembali menghidupkan zaman ke khalifahan. Orang-orang yang meromantikkan ingin membangun Islam yang tunggal. Islam yang murni?.  Yang terwujud dalam ekspresi sosio-budaya pemeluknya dalam bentuk yang tunggal dan monolitik. Mau menyeragamkan ekspreai social-budaya-politik-keagamaan umat manusia dalam menterjemahkan Islam. Bagaimana mungkin mimpi seperti itu akan jadi kenyataan? Hanya kekecewaan dan kemarahan akhirnya pasti yang akan didapat. Itu ahistoris. Romantika itu sendiri sebenarnya juga palsu, sebab romantika itu sengaja hendak memaksakan diri berbicara melalui fungsi jiwa kita yang paling lemah serta kabur arah dan penangkapannya, yaitu sentimen kita.
            Memang pantas disayangkan, di Negara kita yang mayoritas penduduknya beragama Islam ini pendidikan agama Islamnya pada umumnya hanya diajarkan lewat satu sisi cara pandang (ini bibit sentiment/fanatisme). Sementara aliran dan  mazhab-mazhab lainnya pada umumnya tidak diajarkan atau diperkenalkan, akibatnya pandangan masyarakat kita tentang agama pada umumnya jadi sempit, mudah melecehkan dan mengkafirkan mereka-mereka yang tidak segolongan/sepaham. Karena dalam keyakinannya, hanya ajaran Islam yang dipelukinya itulah yang paling benar.
            Al’quran dan hadist memang ajaran yang absolute sifatnya bagi umat Islam. Tapi begitu ajaran dasar itu di tafsirkan, hasil ijtihad atau pemikiran ulama itu sudah jadi relative sifatnya. Maka disini, perbedaan interprestasi adalah sesuatu hal yang wajar terjadi. Perbedaan bahkan pertentangan memang menjadi hal yang tak mungkin terelakan lagi. Seperti misalnya, menurut mazhab Syafi’I, ludah anjing itu najis, sementara menurut mazhab Maliki ludah anjing itu tidak najis.
            Disinilah kebesaran jiwa dan kelapangan dada kita diuji dalam kemampuannya menerima realita yang beraneka-ragam itu sebagai rahmat. Tuhanlah yang menciptakan semua keaneka-ragaman ini, Maka siapa tidak bisa menerima dan menghormati keanekaragaman (pluralisme), berarti orang itu juga tidak menghormati dan menerima Dia yang menciptakan keanekaragaman itu, yaitu Tuhan YME.
            Orang yang beriman pada Tuhan, akan selalu ada satunya antara yang di hati, mulut dan perbuatannya. Maka jika ada orang yang ngomong “Tuhan maha pengasih” tapi kelakuannya bengis, percaya Tuhan maha pema’af tapi orangnya pendendam, Percaya Tuhan maha mendengar, tapi paling suka teriak-teriak memanggil namaNya lewat pengeras-suara, percaya Tuhan maha pemurah, tapi tiap hari do’anya hanya minta/mengemis ini-itu padaNya. Manusia paradokal seperti  itu sesungguhnya hanyalah para penipu munafik dan pemuja berhala yang bernama Agama!. Maka tidak usah heran, jika sesama orang Islam saja mereka saling melecehkan, mengkafirkan bahkan bunuh-bunuhan seperti kejadian di warga Syiah Sampang ataupun terjadi pada warga Ahmadiyah. Karena dalam Islam sendiri sebenarnya memang ada banyak sekali aliran-aliran dan mazhab-mazhabnya.
             Inilah aliran-aliran dan mazhab-mazhab yang ada dalam Islam, dalam bidang akidah ada aliran Khawarij, Maturidiah, Mu’tazilah, Asy’iriah, Murji’ah dan Syi’ah. Dajam bidang ibadah serta fikih mu’amallah, ada mazhab Maliki, Hambali, Hanafi dan Syafi’i. Dalam tasawuf ada aliran Sunni dan Syi’ah. Dalam bidang falsafah ada aliran Al’farabi dan aliran Al’ghazali. Dalam bidang politik ada aliran Khawarij, syi’ah dan Sunni.
            Dan semua aliran dan mazhab-mazhab itu  bagiku hanya kotak berhala yang sering dijadikan topeng belaka. Kebanyak orang saat ini memang suka bertopeng kesucian dan kesakralan agama. Tidak punya lagi keberanian jadi dirinya sendiri seperti apa adanya. Saat ini memang banyak agamawan/spiritualis yang hanya seperti kuburan yang di labur putih (pinjam kata-kata Yesus ketika mengomentari para ahli kitab) putih bersih memang luarnya, tapi bau bangkai busuk isinya,
            Bukalah topengmu, maka kau khan lihat luas dan indahnya warna-warni kehidupan. Bukalah topengmu dan berkacalah, maka kau khan sadari; topeng memang banyak menyembunyikan keindahan namun tak pernah mampu menutupi keburukan jiwa. Orang yang beriman pada Tuhan akan jadi dirinya sendiri. Orang yang beriman pada Tuhan, bukanlah orang yang hapal isi kitab suci, tapi orang yang mampu dan berani terus belajar tentang keterbatasannya. Maka jika ada orang mengaku percaya pada Tuhan, tapi hidupnya penuh paradokal, munafik, sok suci, merasa paling tahu, benar dan sempurna sendiri. Maka tidak usah heran, jika orang-orang macam itu mulutnya paling fasih mengutip ayat-ayat dari kitab suci. Karena orang-orang macam itu sesungguhnya di hatinya bukan memuja Tuhan, tapi memuja BERHALA YANG BERNAMA AGAMA!.
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar