Keyakinan itu seperti
baju atau makanan, kalau kita suka dan merasa nyaman pakai T-shirt. Terserah aja
orang mau pakai tuxedo dan merasa lebih keren karena pakai itu. Kalau kita suka
makan singkong, tak usah maksakan makan pisa hanya agar kelihatan keren. Begitu
pula halnya agama, itu masalah pribadi masing-masing. Yang dibutuhkan disini
kita hanya perlu jujur, merasa bahagia dan nyaman tidak kita dengan keyakinan
kita?. Kalau kita sudah nyaman dengan keyakinan kita, terserah orang mau
ngomong apa, orang pada saatnya nanti kita jika mati juga harus jalan sendiri.
Hanya orang yang suka berserah dan dekat dengan Tuhannya, yang tidak akan
pernah takut dengan apapun bahkan kematian.
Jika mereka ngomong, nanti kalau mati kita akan ditanya
ini itu, ya balik Tanya aja, :”Emang kamu pernah mati, kok tahu?”
Kamu benar mas, orang
masuk surga bukan ditentukan oleh agamanya, tapi oleh perbuatannya. Kalau orang
masuk surga ditentukan karena agamanya (khususnya Islam) wah berarti sebelum datang
Muhamad semua masuk neraka dong?. Kalau bapak sih, surga mau diklaim dan hanya bisa
dimiliki orang islam aja ya silahkan. Kita sih hanya percaya pada keadilan
Tuhan. Biar semua orang mendo’akan kita masuk neraka, kalau tuhan menghendaki
masuk surga, ya masuk surga kita.
Kalau ditanya, apakah
ada dikitabmu yang menyebutkan bahwa Yesus beragama Kristen, ya balik Tanya saja,
apa ada juga yang menyebutkan bahwa muhamad anggota HMI? Muhamadiyah atau Nu?.
Semua agama pada
awalnya diniatkan baik, tapi ketika bersinggungan dengan politik dan ekonomi. Agama
seringkali hanya jadi kedok, kedok untuk menipu, mencari jabatan dan menumpuk
istri. Kalau Cuma mencari maslah bobrok salahnya, di ayat alqur’an pun sudah
dituliskan {boleh Tanya ahli agama islam} bahwa nanti Islam itu akan terpecah
menjadi 71 aliran. Yang satu aliran menjadi ahli surga, dan sisanya menjadi
ahli neraka. Dan anehnya, mereka semua mengaku ahli surga. Kalau orang udah
benar-benar kenal surge, dia pasti akan berikan keindahan dan keyamanan, kalau
yang diberikan masih Cuma ancaman, terror, dan kesombongan, ya mereka itu
sebenarnya golongannya orang ahli neraka.
Di alkitab disebutkan,
adanya para ahli agama yang suka berjubah dan berdo’a panjang-panjang.
Orang-orang sok suci yang sebenarnya tidak lebih dari kuburan yang dilabur
putih, putih bersih memang luarnya, tapi bangkai busuk isinya. Orang seperti
itu sampai sekarang tetap ada, contohnya presiden PKS {partai Islami?) itu juga
ahli agama/fasih ucap ayat-ayaat suci., tapi ternyata juga maling dan suka
bermain perempuan.
Nabi muhamad itu punya
4 sahabat, selain Abu Bakar, ketiga sahabat nabi lainnya (umar, usman dan ali} semua
mati dibunuh, dibunuh oleh siapa, oleh orang Islam sendiri. Ali, selain sahabat
juga menantu Muhamad, dan anak Ali yang
bernama Husain {cucu muhamad} juga mati dibantai di padang karbala oleh orang
Islam sendiri. Dari Ali ini kemudian turun ajaran Syi’ah yang hingga kini terus
masih bermusuh-musuhan dan bunuh-bunuhan dengan orang sunni. Tidak hanya di
arab sana, dimadura juga pernah terjadi khan pertikaaian antara syi’ah vs Sunni
Nasib usman juga tak
kalah tragis. Dia juga mati dibantai oleh orang Islam dengan keji, Dalam islam
ada hokum untuk tidak boleh menunda-nunda pemakaman, tapi jasad usman sampai
tertahan dua malam, orang-orang tak mau mendo’akan/menyalatkan dan tidak boleh
dikuburkan di pekuburan orang islam. Dibawah ancaman dan lemparan batu,
akhirnya jasad usmanpun di kuburkan di Hisy Kaukab, area pekuburan bagi orang
yahudi!.
Begitulah mas, pendapat bapak tentang
keyakinan. Jadi tak usah sedih. Jika ada orang menyombong bahwa ajarannya yang
paling baik, ya tunjukkan dalam karya nyata kebaikan anda bukan hanya
utopia/slogan doang, Kalau Cuma ngomong, burung beo juga bisa. Tapi untuk kamu
saat ini mungkin jalan yang terbaik ya memang diam dan mengalah saja, anjing
menggonggong kafilah berlalu. Kalau ditekan terus, ya ngomgong saja, agama
bagiku adalah masalah pribadi masing-masing. Kalau aku merasa Nyaman dan damai
dengan keyakinanku, dan keyakinanku itu tidak merugikan dan mengganggu orang
lain, apa salahnya dengan keyakinanku?
Dan tetap percaya,
bahwa nilai seseorang bukan pada agama, suku, ras, gender, dan sebagainya, tapi
pada perbuatannya. Dan tetap pula percaya pada kata-kata Yesus, “bahwa ajaran dasar
semua agama/spiritual itu sama, yaitu mencintai Tuhanmu dengan sepenuh
jiwa-raga, dan mencintai sesamamu seperti mencintai dirimu sendiri. Tak peduli
apapun agama/keyakinannya, jika kita bisa sampai kedasar ajaran itu, kita semua
pasti bisa bersatu dan saling bertoleransi dalam perbedaan.
Santai aja aja, mas. Semua
itu adalah proses menuju pendewasaan diri