Rabu, 01 Januari 2014

SURAT BUAT ANAKKU


Keyakinan itu seperti baju atau makanan, kalau kita suka dan merasa nyaman pakai T-shirt. Terserah aja orang mau pakai tuxedo dan merasa lebih keren karena pakai itu. Kalau kita suka makan singkong, tak usah maksakan makan pisa hanya agar kelihatan keren. Begitu pula halnya agama, itu masalah pribadi masing-masing. Yang dibutuhkan disini kita hanya perlu jujur, merasa bahagia dan nyaman tidak kita dengan keyakinan kita?. Kalau kita sudah nyaman dengan keyakinan kita, terserah orang mau ngomong apa, orang pada saatnya nanti kita jika mati juga harus jalan sendiri. Hanya orang yang suka berserah dan dekat dengan Tuhannya, yang tidak akan pernah takut dengan apapun bahkan kematian.
            Jika mereka ngomong, nanti kalau mati kita akan ditanya ini itu, ya balik Tanya aja, :”Emang kamu pernah mati, kok tahu?”
Kamu benar mas, orang masuk surga bukan ditentukan oleh agamanya, tapi oleh perbuatannya. Kalau orang masuk surga ditentukan karena agamanya (khususnya Islam) wah berarti sebelum datang Muhamad semua masuk neraka dong?. Kalau bapak sih, surga mau diklaim dan hanya bisa dimiliki orang islam aja ya silahkan. Kita sih hanya percaya pada keadilan Tuhan. Biar semua orang mendo’akan kita masuk neraka, kalau tuhan menghendaki masuk surga, ya masuk surga kita.
Kalau ditanya, apakah ada dikitabmu yang menyebutkan bahwa Yesus beragama Kristen, ya balik Tanya saja, apa ada juga yang menyebutkan bahwa muhamad anggota HMI? Muhamadiyah atau Nu?.
Semua agama pada awalnya diniatkan baik, tapi ketika bersinggungan dengan politik dan ekonomi. Agama seringkali hanya jadi kedok, kedok untuk menipu, mencari jabatan dan menumpuk istri. Kalau Cuma mencari maslah bobrok salahnya, di ayat alqur’an pun sudah dituliskan {boleh Tanya ahli agama islam} bahwa nanti Islam itu akan terpecah menjadi 71 aliran. Yang satu aliran menjadi ahli surga, dan sisanya menjadi ahli neraka. Dan anehnya, mereka semua mengaku ahli surga. Kalau orang udah benar-benar kenal surge, dia pasti akan berikan keindahan dan keyamanan, kalau yang diberikan masih Cuma ancaman, terror, dan kesombongan, ya mereka itu sebenarnya golongannya orang ahli neraka.
Di alkitab disebutkan, adanya para ahli agama yang suka berjubah dan berdo’a panjang-panjang. Orang-orang sok suci yang sebenarnya tidak lebih dari kuburan yang dilabur putih, putih bersih memang luarnya, tapi bangkai busuk isinya. Orang seperti itu sampai sekarang tetap ada, contohnya presiden PKS {partai Islami?) itu juga ahli agama/fasih ucap ayat-ayaat suci., tapi ternyata juga maling dan suka bermain perempuan.
Nabi muhamad itu punya 4 sahabat, selain Abu Bakar, ketiga sahabat nabi lainnya (umar, usman dan ali} semua mati dibunuh, dibunuh oleh siapa, oleh orang Islam sendiri. Ali, selain sahabat juga menantu Muhamad, dan anak Ali  yang bernama Husain {cucu muhamad} juga mati dibantai di padang karbala oleh orang Islam sendiri. Dari Ali ini kemudian turun ajaran Syi’ah yang hingga kini terus masih bermusuh-musuhan dan bunuh-bunuhan dengan orang sunni. Tidak hanya di arab sana, dimadura juga pernah terjadi khan pertikaaian antara syi’ah vs Sunni
Nasib usman juga tak kalah tragis. Dia juga mati dibantai oleh orang Islam dengan keji, Dalam islam ada hokum untuk tidak boleh menunda-nunda pemakaman, tapi jasad usman sampai tertahan dua malam, orang-orang tak mau mendo’akan/menyalatkan dan tidak boleh dikuburkan di pekuburan orang islam. Dibawah ancaman dan lemparan batu, akhirnya jasad usmanpun di kuburkan di Hisy Kaukab, area pekuburan bagi orang yahudi!.
 Begitulah mas, pendapat bapak tentang keyakinan. Jadi tak usah sedih. Jika ada orang menyombong bahwa ajarannya yang paling baik, ya tunjukkan dalam karya nyata kebaikan anda bukan hanya utopia/slogan doang, Kalau Cuma ngomong, burung beo juga bisa. Tapi untuk kamu saat ini mungkin jalan yang terbaik ya memang diam dan mengalah saja, anjing menggonggong kafilah berlalu. Kalau ditekan terus, ya ngomgong saja, agama bagiku adalah masalah pribadi masing-masing. Kalau aku merasa Nyaman dan damai dengan keyakinanku, dan keyakinanku itu tidak merugikan dan mengganggu orang lain, apa salahnya dengan keyakinanku?
Dan tetap percaya, bahwa nilai seseorang bukan pada agama, suku, ras, gender, dan sebagainya, tapi pada perbuatannya. Dan tetap pula percaya pada kata-kata Yesus, “bahwa ajaran dasar semua agama/spiritual itu sama, yaitu mencintai Tuhanmu dengan sepenuh jiwa-raga, dan mencintai sesamamu seperti mencintai dirimu sendiri. Tak peduli apapun agama/keyakinannya, jika kita bisa sampai kedasar ajaran itu, kita semua pasti bisa bersatu dan saling bertoleransi dalam perbedaan.
Santai aja aja, mas. Semua itu adalah proses menuju pendewasaan diri